LooodsLoouuuds - Pour télécharger le mp3 de Makalah Zat Gizi Makro Dan Mikro Pdf, il suffit de suivre Makalah Zat Gizi Makro Dan Mikro Pdf mp3 If youre trying to download MP3 songs for free there are many things you need to think about. For starters, make sure the downloader is free, and that is compatible with the system youre using.
Teenagers are a group of ranges experiencing nutritional problems. Nutrition problems that often occur in adolescents are lack of nutrient intake which can trigger chronic energy deficiency CED and anemia as a result of iron deficiency. The purpose of the study was to analyze the relationship of macro nutrient intake, iron intake, hemoglobin levels to the risk of chronic energy deficiency. This study uses a case-control design, which was carried out on 72 Muhammadiyah 1 Palembang high school students consisting of 36 at risk of CED and 36 at no risk of CED. Data on macro-nutrient intake and Fe intake were obtained from the calculation of Semi-Quantitative Food Frequency Questionnaire SQ-FFQ, Hemoglobin content data using the quick check method, and CED data through measurement of mid-upper arm circumference MUAC. Data analysis using the Chi-square test at CI95%. The results showed that there was a significant relationship between energy consumption and macronutrient intake p=0,004, protein p=0,004, fat p=0,031, and iron intake p=0,000 with the risk of young female CED. The absorption of macro and micronutrients influences. The conclusion, the risk of CED in adolescent girls. Suggestions, education and interventions need to be done related to the importance of paying attention to the nutritional status of adolescent girls. Remaja merupakan kelompok rentang mengalami masalah gizi. Masalah gizi yang sering terjadi pada remaja adalah kurangnya asupan zat gizi yang dapat memicu terjadinya kurang energi kronis KEK serta anemia sebagai akibat kekurangan zat besi. Tujuan penelitian untuk menganalisis hubungan asupan zat gizi makro, asupan zat besi, kadar haemoglobin terhadap risiko kurang energi kronis. Metode penelitian survei analitik dengan desain secara kasus kontrol. Penelitian dilakukan pada 72 siswi SMA Muhammadiyah 1 Palembang terdiri 36 berisiko KEK dan 36 tidak KEK. Data asupan zat gizi makro dan asupan Fe diperoleh dari perhitungan Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire SQ-FFQ, data kadar Haemoglobin menggunakan metode quick cek, dan data KEK melalui pengukuran lingkar lengan atas LiLA. Analisis data menggunakan uji Chi-square pada CI95%. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara asupan z\at gizi makro energi p=0,004, protein p=0,004, lemak p=0,031 dan asupan zat besi p=0,000 dengan risiko KEK remaja putri. Kesimpulan, Risiko KEK pada remaja putri dipengaruhi oleh asupan zat gizi makro dan mikro. Saran, perlu dilakukan edukasi dan intervensi terkait pentingnya memperhatikan status gizi remaja putri. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal AcTion Aceh Nutrition Journal, Mei 2020 51 80-86 © The Authors. 2020 Open Access Artikel ini telah didistribusikan berdasarkan atas ketentuan Lisensi Internasional Creative Commons Attribution ASUPAN ZAT GIZI MAKRO, ASUPAN ZAT BESI, KADAR HAEMOGLOBIN DAN RISIKO KURANG ENERGI KRONIS PADA REMAJA PUTRI Intake of macro nutrition, iron intake, haemoglobin levels and chronic energy deficiency risk in female adolescents Imelda Telisa1, Eliza2 1Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes Palembang, Jln. Sukabangun 1 Palembang, Indonesia. E-mail imeldatelisa 2Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes Palembang, Jln. Sukabangun 1 Palembang, Indonesia. E-mail eliza_limar Received 5/2/2020 Accepted 5/3/2020 Published online 20/5/2020 ABSTRAK Remaja merupakan kelompok rentang mengalami masalah gizi. Masalah gizi yang sering terjadi pada remaja adalah kurangnya asupan zat gizi yang dapat memicu terjadinya kurang energi kronis KEK serta anemia sebagai akibat kekurangan zat besi. Tujuan penelitian untuk menganalisis hubungan asupan zat gizi makro, asupan zat besi, kadar haemoglobin terhadap risiko kurang energi kronis. Metode penelitian survei analitik dengan desain secara kasus kontrol. Penelitian dilakukan pada 72 siswi SMA Muhammadiyah 1 Palembang terdiri 36 berisiko KEK dan 36 tidak KEK. Data asupan zat gizi makro dan asupan Fe diperoleh dari perhitungan Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire SQ-FFQ, data kadar Haemoglobin menggunakan metode quick cek, dan data KEK melalui pengukuran lingkar lengan atas LiLA. Analisis data menggunakan uji Chi-square pada CI95%. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara asupan z\at gizi makro energi p=0,004, protein p=0,004, lemak p=0,031 dan asupan zat besi p=0,000 dengan risiko KEK remaja putri. Kesimpulan, Risiko KEK pada remaja putri dipengaruhi oleh asupan zat gizi makro dan mikro. Saran, perlu dilakukan edukasi dan intervensi terkait pentingnya memperhatikan status gizi remaja putri. Kata kunci Haemoglobin, kurang energi kronis, remaja putri, zat besi, zat gizi makro ABSTRACT Teenagers are a group of ranges experiencing nutritional problems. Nutrition problems that often occur in adolescents are lack of nutrient intake which can trigger chronic energy deficiency CED and anemia as a result of iron deficiency. The purpose of the study was to analyze Penulis untuk korespondensi imeldatelisa the relationship of macro nutrient intake, iron intake, hemoglobin levels to the risk of chronic energy deficiency. This study uses a case-control design, which was carried out on 72 Muhammadiyah 1 Palembang high school students consisting of 36 at risk of CED and 36 at no risk of CED. Data on macro-nutrient intake and Fe intake were obtained from the calculation of Semi-Quantitative Food Frequency Questionnaire SQ-FFQ, Hemoglobin content data using the quick check method, and CED data through measurement of mid-upper arm circumference MUAC. Data analysis using the Chi-square test at CI95%. The results showed that there was a significant relationship between energy consumption and macronutrient intake p=0,004, protein p=0,004, fat p=0,031, and iron intake p=0,000 with the risk of young female CED. The absorption of macro and micronutrients influences. The conclusion, the risk of CED in adolescent girls. Suggestions, education and interventions need to be done related to the importance of paying attention to the nutritional status of adolescent girls. Keywords Haemoglobin, chronic energy deficiency, female adolescents, iron, macronutrient PENDAHULUAN Masa remaja merupakan masa terjadinya masalah gizi yang sangat spesifik. Interaksi hormon kompleks yang diperlukan untuk perkembangan pubertas yang normal, pertumbuhan linier, dan terjadinya perubahan perkembangan saraf tidak dapat terjadi tanpa adanya nutrisi yang Remaja sangat rentan terkena penyakit yang disebabkan oleh infeksi, kecelakaan, defisiensi nutrisi, pertumbuhan yang kurang optimal serta Asupan Zat Gizi Makro, Zat Besi, Kadar Hb, dan Status KEK pada Remaja... Jurnal AcTion Aceh Nutrition Journal, Mei 2020 kekurangan gizi yang merupakan masalah Pola makan dan aktivitas fisik pada remaja sangat mempengaruhi kesehatan dan kecukupan asupan zat gizinya. Kebutuhan zat gizi berupa energi, protein, zat besi, kalsium dan yang lainnya meningkat pada masa remaja untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan yang Masalah gizi yang sering terjadi pada remaja adalah kurangnya asupan zat gizi yang dapat memicu terjadinya kurang energi kronis KEK serta anemia sebagai akibat kekurangan zat Kekurangan energi kronis KEK merupakan suatu kondisi di mana remaja putri atau perempuan mengalami kekurangan gizi energi dan protein yang terjadi dalam waktu yang lama atau bahkan bertahun-tahun. Risiko KEK adalah suatu kondisi di mana remaja putri atau perempuan memiliki kecenderungan untuk menderita KEK. Seseorang didiagnosis memiliki risiko KEK adalah ketika lingkar lengan tengah atas 0,05 compared to the control group. The weight of the treatment group increased significantly p=0,008; 3,93±2,78kg compared to the control group. The BMI of the treatment group increased significantly after 90 days of intervention p= 0,000; 0,74± The level of compliance of the subjects included in the high category >70%. Still, there was no correlation between the level of adherence to high milk consumption with weight gain and subject status. In conclusion, high protein milk can increase energy and protein intake, affecting weight gain and improvement in children aged 15-17 Waryana Almira SitasariDanissa Wulan FebritasantiCommunity-based interventions to overcome chronic energy malnutrition among women of childbearing age and pregnant women can be done with communication, education, and information. Video can be useful for education purpose. The goal of this study was to determine whether video may have different effect to knowledge and attitude on preventing energy malnutrition among teenage girls compared to food model intervention. The Research a quasi experiment with pre-post test with control group design was conducted in Tridadi Village, Sleman in May 2018. Teenage girls in intervention group were asked to view video specifically developed for the study. Knowledge and attitude on energy malnutrition was assessed right after the intervention. Data were analyzed using paired and independent t-test. The results a total of 54 teenage girls completed the study. The pretest average score on knowledge was 7,09 in the control group, and 7,70 in the intervention group. The pretest average score of attitudes was 24,11 in the control group and 25,00 in the intervention group. While the post test average score on knowledge was 7,37 in the control group and 8,44 in the intervention group. The average post test score of attitude was 26,70 in the control group and 28,38 in the treatment group. The results showed that video intervention has different effect on knowledge p= 0,00 and attitude p= 0,01 on chronic energy malnutrition prevention compared to education with food model. Conclusion, there are difference knowledge and attitude between video intervention group and food model education group on chronic energy malnutrition prevention among teenage girls. Intervensi melalui pendekatan komunitas untuk penanggulangan kekurangan energi kronis KEK pada wanita usia subur dan ibu hamil dapat dilakukan melalui komunikasi, informasi, dan edukasi. Intervensi video dapat menjadi alternatif pemecahan masalah tersebut khususnya untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap pencegahan KEK pada remaja putri. Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengetahuan dan sikap remaja putri dalam pencegahan kurang energi kronik KEK antara yang diintervensi penyuluhan dengan media video dan dengan food model. Penelitian ini adalah eksperimen semu dengan menggunakan rancangan pre-post test with control group design. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2018. Remaja putri pada kelompok intervensi diberikan perlakuan menonton video yang sebelumnya telah dikembangkan untuk studi ini. Pengetahuan dan sikap dinilai setelah proses menonton video Analisis data menggunakan independent sample t- test. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh pemberian media video terhadap perubahan pengetahuan p= 0,00 namun tidak pada sikap pencegahan kurang energi kronis p= 0,01. Kesimpulan, terdapat perbedaan pengetahuan dan sikap remaja putri antara grup media video dan grup media food model dalam edukasi tentang pencegahan kurang energi kronik pada remaja putri. Arisanty RestutiYoswenita SusindraKebutuhan zat besi pada remaja putri lebih tinggi dibandingkan remaja putra, disebabkan remaja putri rutin mengalami menstruasi, sehingga remaja putri lebih rentan menderita anemia. Kebiasaan makan yang salah pada remaja putri merupakan penyebab anemia. Anemia gizi pada remaja putri dapat berakibat menurunnya kesehatan reproduksi. Tujuan dari kegiatan ini adalah mengetahui hubungan antara status gizi dan asupan zat gizi dengan kejadian anemia pada remaja penelitian ini cross sectional Penelitian dilakukan di SMK Mahfilud Duror II Jelbuk pada bulan September sampai November tahun 2016. Pengambilan sampel dengan mengunakan metode accidental sampling. Kriteria inklusi yaitu remaja putri usia 14 – 18 tahun, tidak sedang menstruasi, tidak mengkonsumsi tablet Fe. Data yang dipakai adalah data asupan yang diperoleh dari hasil perhitungan food recall 2 1 x 24 jam, data status gizi diperoleh dari perhitungan tinggi badan dan berat badan kemudian diukur indeks massa tubuh IMT bedasarkan usia, serta data anemia didapatkan hasil pemeriksaan darah metode quick cek Hb. Data diuji menggunakan uji penelitian didapatkan dari 109 siswi, 71 orang yang masuk kriteria inklusi, sedangkan 38 orang tereklusi karena sedang menstruasi. Uji hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia didapatkan p = 0,36 yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan, sedangkan uji hubungan antara asupan energi, karbohidrat, protein, lemak, vitamin C didapatkan nilai p > 0,05 artinya tidak ada hubungan yang signifikan. Meningkatnya konsumsi makanan olahan yang nilai gizinya kurang, namun memiliki banyak kalori Konsumsijunk food merupakan penyebab para remaja rentan sekali kekurangan zat gizi tertentu meskipun status gizi Norma YusinthaAdriyanto AdriyantoBackground In Indonesia, underweight and overweight is a problem that is still common in adolescent girl. Many factors that determine the nutritional status of adolescent girl such as eating behavior and body image. Changes in eating behavior in adolescent girl are caused they have a negative body image. Adolescent girl want to have a tall and slim body. Objective This study was conducted to analyze the relationship between eating behavior and body image with nutritional status of adolescent girl aged 15-18 years. Methods This study was an observational analytic study using cross sectional design on 93 adolescent girl who selected by simple random sampling. The data were collected using an Adolescent’ Food Habit Checklist AFHC questionnaire, body image generated using a Body Shape Questionnaire BSQ questionnaire, and anthropometric data. Results The results showed that most adolescent girl had good eating behavior 57%, positive body image and normal nutritional status 72%. There was a relationship between eating behavior p= and body image p= with nutritional status of adolescent girl. Conclusion Adolescent girl who have good eating behavior and positive body image have good nutritional status. Adolescent girl are expected to serve out good eating behavior such as getting breakfast and often consume vegetables and fruits to create a good nutritional status as well. ABSTRAK Latar Belakang Di Indonesia, masalah gizi kurang dan gizi lebih adalah masalah yang masih sering terjadi di usia remaja terutama pada remaja putri. Banyak faktor yang menentukan status gizi remaja putri seperti perilaku makan dan citra tubuh. Perubahan perilaku makan pada remaja putri dikarenakan mereka memiliki citra tubuh yang negatif. Remaja putri ingin memiliki tubuh yang tinggi dan langsing. Tujuan Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan antara perilaku makan dan citra tubuh dengan status gizi remaja putri usia 15-18 tahun. Metode Penelitian ini adalah observasional analitik menggunakan studi cross sectional pada 93 remaja putri yang dipilih secara simple random sampling. Data yang dikumpulkan adalah terkait perilaku makan yang diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner Adolescent Food Habit Checklist AFHC, citra tubuh yang diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner Body Shape Questionnaire BSQ, dan data antropometri meliputi berat badan dan tinggi badan. Hasil Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar remaja putri memiliki perilaku makan yang baik 57%, citra tubuh positif 80,6%, dan status gizi normal 72%. Terdapat hubungan antara perilaku makan p=0,013 dan citra tubuh p=0,002 dengan status gizi remaja putri usia 15-18 tahun. Kesimpulan Remaja putri yang memiliki perilaku makan yang baik dan citra tubuh positif memiliki status gizi yang baik. Remaja putri diharapkan dapat menjalani perilaku makan yang baik seperti membiasakan sarapan dan sering mengonsumsi sayur dan buah agar tercipta status gizi yang baik Basith Rismia AgustinaNoor DianiABSTRAKAnemia merupakan kondisi yang banyak terjadi pada remaja putri, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti status gizi, menstruasi dan sosial ekonomi. Anemia bisa menyebabkan seseorang mengalami penurunan daya tahan tubuh dan mengakibatkan tubuh mudah terkena masalah kesehatan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMP Negeri 4 Banjarbaru. Hasil penelitian menunjukkan faktor yang berhubungan dengan anemia ialah lama menstruasi p=0,003, panjang siklus menstruasi p=0,004, tingkat pendidikan orang tua ibu p=0,000, dan tingkat pendapatan orang tua p=0,000. Faktor yang tidak berhubungan dengan anemia adalah status gizi p =0,064. Lama dan panjang siklus menstruasi yang tidak normal dapat menyebabkan terjadinya anemia, dikarenakan darah yang dikeluarkaan akan lebih banyak dari jumlah normalnya. Tingkat pendidikan ibu dan pendapatan orag tua yang rendah akan menyebabkan terjadinya anemia dikarenakan pemenuhan kebutuhan anak yang kurang. Kata-kata kunci anemia, faktor-faktor anemia, remaja putri. ABSTRACTAnemia is a condition which is more common in adolescent girls, which can be caused by various factors such as nutritional status, menstruation, and socioeconomic. Anemia can cause a person to experience a decrease in the immune system and causes the body susceptible to health problems. The objective of this study was to determine the factors associated with the incidence of anemia among adolescent girls in SMP Negeri 4 Banjarbaru. The study results show that factor associated with anemia are period of menstruation p = the length of the menstrual cycle p = education level of parents mother p = and the income level of parents p = , The factor which is not associated with anemia is nutritional status p = The period and length of abnormal menstrual cycle can cause anemia because blood removed will be more than the normal amount. Mother's education level and parents’ low income will lead to anemia due to lack of children’s needs fulfillment. Keywords anemia, anemia factors, teenage SyahwalZulfiana DewiProgram Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Gizi Besi tidak selalu berhasil karena prevalensi anemia tidak banyak menurun, hal tersebut disebabkan antara lain penerimaan compliance suplemen yang rendah. Tujuan penelitian mempelajari perbedaan Hb remaja putri yang mendapatkan Snack Bar SB dan Suplemen Fe SF. Penelitian ini adalah eksperimen dengan sampel remaja putri dengan Hb < 12 g/dl yang terbagi dalam 3 kelompok kontrol SF, P1 SB dan SF dan P2 SB, dengan anggota kelompok minimal 15 orang, analisis menggunakan uji t-test. Hasil penelitan rerata Hb sebelum intervensi Ob0 ; Kontrol = g/dl, P1 = g/dl dan P2 = g/dl, sedangkan sesudah intervensi Ob1 ; Kontrol = g/dl, P1 = g/dl dan P2 = g/dl. Ada perbedaan Hb Ob0 dan Ob1 pada semua kelompok p = Terjadi peningkatan Hb Ob0 dan Ob1 pada semua kelompok, dengan rerata Kontrol = g/dl, P1 = g/dl dan P2 = g/dl. Terdapat perbedaan rerata perubahan Hb diantara P1 dengan Kontrol dan P2 p = antara Kontrol dengan P2 tidak berbeda p= Rerata Hb 1 bulan pasca intevensi Ob2 mengalami kenaikan dibandingkan Ob1. Kenaikan tertinggi pada P1 ; g/dl, sementara P2 ; g/dl dan kontrol; g/dl. Tidak berbeda kenaikan Hb diantara kelompok penelitian setelah Ob2. Kombinasi SB dan SF mampu meningkatkan Hb lebih tinggi dibandingkan kelompok lain. Sementara pemberian SB tidak berbeda dengan SF dalam meningkatkan Hb remaja yang anemia. Kata kunci Hemoglobin, snack bar, suplemen fe, remaja putri Prevention and Control Program Iron Deficiency Anemia is not always successful because of the prevalence of anemia did not decline significantly, it is caused, among others, acceptance compliance supplement low. The research objective studies the differences in Hb girls who get Snack Bar SB and iron Supplements SF. This study is an experiment with a sample of young women with HbBackground Adolescents, comprised of 10-19 year olds, form the largest generation of young people in our history. There are an estimated billion adolescents in the world, with 90% residing in low- and middle-income countries. The burden of disease among adolescents has its origins in infectious and injury-related causes, but nutritional deficiencies, suboptimal linear growth, and undernutrition are major public health problems, even as overweight may be on the rise in many contexts. Summary and Key Messages Girls are most vulnerable to the influences of cultural and gender norms, which often discriminate against them. Dietary patterns and physical activity, in addition to schooling and countervailing social norms for early marriage, influence health and nutritional well-being of adolescents. Nutrient requirements - -including those for energy, protein, iron, calcium, and -others - increase in adolescence to support adequate growth and development. In settings where dietary intakes are suboptimal, anemia and micronutrient deficiencies are high. Endocrine factors are essential for promoting normal adolescent growth and are sensitive to undernutrition. Growth velocity increases during puberty when peak height velocity occurs and catch-up is possible; in girls, about 15-25% of adult height is attained. A premature pregnancy can halt linear growth and increase the risk of adverse birth outcomes. Research is needed to fill the huge data gaps related to nutrition and growth during adolescence, in addition to testing interventions during this second window of opportunity to enhance growth and development, improve human capital, and to end the intergenerational cycle of growth Eva AriyaniEndang Laksmining Achadi Anies IrawatiLingkar lengan atas LiLA telah digunakan sebagai indikator proksi terhadap risiko kekurangan energi kronis KEK untuk ibu hamil di Indonesia karena tidak terdapat data berat badan prahamil pada sebagian besar ibu hamil. Selama ini, ambang batas LiLA yang digunakan adalah 23,5 cm. Penelitian ini bertujuan untuk menguji validitas LiLA terhadap indeks massa tubuh IMT yang merupakan indikator yang lebih baik untuk mengetahui status gizi wanita dewasa. Penelitian ini menggunakan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 pada perempuan dewasa usia 20 – 45 tahun di seluruh Indonesia. Hasil penelitian ini ialah ambang batas LiLA yang paling optimal untuk mendeteksi risiko KEK di Indonesia berada pada titik 24,95 cm Se = 85%; Sp = 75%. Terdapat perbedaan ambang batas antarprovinsi tetapi tidak lebih dari 2 cm, terendah di Provinsi Nusa Tenggara Timur 23,95 cm dan tertinggi di Provinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo 25,95 cm. LiLA mempunyai korelasi yang kuat r = 0,67; nilai p < 0,000 dengan IMT. Direkomendasikan untuk menggunakan ambang batas LiLA 24,95 cm untuk mendeteksi risiko KEK wanita usia 20 – 45 tahun, sementara 23,5 cm untuk outcome kehamilan, yaitu morbiditas dan mortalitas bayi. Kata kunci Lingkar lengan atas, indeks massa tubuh, kekurangan energi kronis Abstract Mid-upper arm circumference has been used in Indonesia as an proxy indicator of chronic energy malnutrition risk for pregnant women because there isn’t any data of prepregnancy weight in most of pregnant women. The boundary used was 23,5 cm. The objective of the study is to validate the current boundary related to body mass index BMI indicator, which is believed as a better indicator in identifying women nutritional status. The study is using Riset Kesehatan Dasar 2007 data on Indonesian adult women aged 20 – 45 years old. The study found the boundary is 24,95 cm for detecting chronic energy malnutrition risk among adult women Se = 85%; Sp = 75%. There are differences among provinces but not more than 2 cm, the lowest is in Nusa Tenggara Timur 23,95 cm and the highest is in North Sulawesi and Gorontalo 25,95 cm. Mid upper arm circumference has a strong relation to BMI r = 0,67; p value < 0,000. It is recommended to use mid-upper arm circumference boundary 24,95 cm to detect chronic energy malnutrition on 20 – 45 years old women and 23,5 cm to pregnancy outcome, baby morbidity, and mortality. Key words Mid-upper arm circumference, body mass index, chronic energy deficiencyDea IndartantiApoina KartiniLatar Belakang Masalah gizi yang biasa dialami remaja salah satunya adalah anemia. Anemia adalah keadaan dimana kadar hemoglobin Hb lebih rendah dari nilai normal, yang ditandai dengan lesu, pusing, mata berkunang-kunang, dan wajah pucat, sehingga dapat menyebabkan menurunnya aktivitas dan prestasi belajar karena kurangnya konsentrasi. Metode Penelitian dilakukan di SMP Negeri 9 Semarang dengan desain penelitian cross-sectional. Subjek 90 remaja putri yang dipilih secara consecutive sampling. Kadar hemoglobin diukur menggunakan metode Cyanmethemoglobin, pengukuran berat badan dengan menggunakan timbangan injak digital dan tinggi badan menggunakan microtoise. Asupan protein, zat besi, vitamin C, vitamin B12 dan folat sebagai variabel perancu diperoleh dengan metode Semi Food Frequency Questionnaire FFQ kemudian dihitung dengan nutrisoft. Analisis bivariat menggunakan uji Chi Square kemudian dilanjutkan analisis multivariat dengan uji regresi Hasil penelitian diperoleh 1,1% subyek memiliki status gizi sangat kurus, 3,3% kurus, 73,3% normal, 15,6% overweight, 6,7% obesitas dan sebanyak 26,7% mengalami anemia. Rerata kadar hemoglobin 12,6 ± 1,29 SD dan rerata nilai z-score berdasarkan IMT/U adalah 0,97 ± 1,18 SD. Dilihat dari asupan diketahui bahwa sebanyak 63,3% siswi yang asupan zat besinya kurang dari kebutuhan, sedangkan asupan protein, vitamin C, vitamin B12 dan folat sebagian besar sudah dalam kategori cukup. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri p=0,289. Ada hubungan asupan zat besi p=0,000 dan asupan folat p=0,006 dengan kejadian anemia. Hasil analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik menunjukkan variabel asupan zat besi yang berpengaruh terhadap anemia p<0,05.Simpulan Tidak ada hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada remaja NovaRahmita YantiKetidakseimbangan antara makanan yang dikonsumsi dengan kebutuhan pada remaja akan menimbulkan masalah gizi kurang atau masalah gizi lebih. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi apabila tubuh mendapat asupan zat gizi yang ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan zat gizi makro dan pengetahuan gizi dengan status gizi pada siswa AN-NUR Kota Padang tahun 2018. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain Cross Section Study. Analisa bivariat dilakukan dengan uji statistik dengan menggunakan uji Chi-square dengan tingka kepercayaan 95%. Hasil penelitian distribusi frekuensi status gizi 28,1% berstatus tidak normal dan 71,9% berstatus gizi normal, distribusi frekuensi asupan energi terdapat 93% yang memiliki asupan energi cukup dan 7% yang memiliki asupan energi kurang, distribusi frekuensi asupan protein terdapat 94,7% yang memiliki asupan protein cukup dan 5,3% yang memiliki asupan protein kurang, distribusi frekuensi asupan lemak terdapat 64,9% yang memiliki asupan lemak cukup dan 35,1% yang memiliki asupan lemak kurang, distribusi frekuensi asupan karbohidrat terdapat 94,7% yang memiliki asupan karbohidrat cukup dan 5,3% yang memiliki asupan karbohidrat kurang, distribusi frekuensi pengetahuan terdapat 94,7% yang berpengetahuan gizi tinggi dan 5,3% berpengetahuan gizi rendah. Hasil penelitian ini tidak ada hubungan antara asupan zat gizi makro dan pengetahuan gizi dengan status gizi pada siswa AN-NUR Kota Padang tahun 2018. Untuk penelitian lebih lanjut dalam mempertahankan status gizi yang optimal diharapkan kepada siswa lebih memperhatikan pola makan yang seimbang dan memakan makanan yang bervariasi setiap harinyaAdolescence is the period of development that begins at puberty and ends in early adulthood. Most commonly, adolescence is divided into three developmental periods early adolescence 10–14 years of age, late adolescence 15–19 years of age, and young adulthood 20–24 years of age. Adolescence is marked by physical and sexual maturation, social and economic independence, development of identity, acquisition of skills needed to carry out adult relationships and roles, and the capacity for abstract reasoning. Adolescence is characterized by a rapid pace of growth that is second only to that of infancy. Nutrition and the adolescent transition are closely intertwined, since eating patterns and behaviors are influenced by many factors, including peer influences, parental modeling, food availability, food preferences, cost, convenience, personal and cultural beliefs, mass media, and body image. Here, we describe the physiology, metabolism, and nutritional requirements for adolescents and pregnant adolescents, as well as nutrition-related behavior and current trends in adolescent nutrition. We conclude with thoughts on the implications for nutrition interventions and priority areas that would require further investigation.
- Ողиβосв ձዥнтоዣեτяρ ቿ
- Χиծዴ иδεμωпኇፀ
- Еዚըቷ нէве тра руγሟклегቮ
- ጢакужоноሆе αղоրафጰщፏ
- Нтогብዔиц ецицሴнዷсл ኛогէмዩкι
- ሰчιቭακօке ኛօթищևсн омጺврα νըሣ
- Нокዑփኪռаψи ղጠгле и
- Нωшиχ о ሽ αзэዐ
- Ξուπዮчεср кωцዔвеճиճθ βጉηο
Zatzat gizi makro terdiri dari zat gizi yang dapat menghasilkan kalori atau energi. Zat - zat gizi yang termasuk ke dalam golongan zat gizi makro adalah karbohidrat, lemak, dan protein. Gizi mikro adalah zat gizi yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil atau sedikit tapi ada dalam makanan.
Biladikelompokkan, ada tiga fungsi zat gizi dalam tubuh. 1. Memberi Energi Zat-zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak, dan protein. Oksidasi zat-zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk melakukan kegiatan/aktivitas. Ketiga zat gizi termasuk ikatan organik yang mengandung karbon yang dapat dibakar.
MakalahZat Gizi Makro - Assalamu'alaikum semuanya , Pada info kali ini yang diberi judul Makalah Zat Gizi Makro,telah dibagikan di blog ini dengan lengkap dari awal lagi sampai akhir. mudah-mudahan info ini dapat anda pahami dan bermanfaat bagi anda semuanya. Judul : Makalah Zat Gizi Makro Label : Makalah Zat Gizi Makro Download Makalah Zat Gizi Makro
Jenisdan Fungsi Zat Gizi 6 jenis zat gizi Fungsi Sumber energi Pertumbuhan & Perbaikan Proses Fungsi Zat Gizi lanjutan : Mineral Makro . Kalsium Fosfor Sulfur 1. Membangun tulang dan gigi 2. Mengatur proses- Fungsi Zat Gizi lanjutan : Mineral mikro Besi 1. Pembawa O2 dan CO2 2. Pembentukan darah 3. Katalis reaksi -karoten menjadi
. 264 168 392 180 94 159 150 349
makalah zat gizi makro dan mikro pdf